Kejadian Absurd Saat Dinas ke Luar Kota

kejadian absurd-monica agustami


Sejak awal pandemi, kantor tempat saya bekerja memutuskan untuk WFH bagi sebagian besar pegawai. Berhubung saya ada di divisi yang pekerjaannya bisa dilakukan dari rumah, saya kebagian WFH deh. Dari awal pandemi sampai sekarang, saya bekerja dari rumah sambil kuliah S2 yang kuliahnya juga dari rumah, awokwokwokwok. Awalnya, tetangga saya banyak yang iyik kenapa saya di rumah terus dan "tidak berangkat kerja". Iyik doang sih, nggak sampai nuduh saya ngepet atau pesugihan kok. Mungkin saya masih kurang kaya untuk dituduh ((begituan)). Tapi sekarang sudah tidak iyik lagi karena mulai paham bahwa bekerja dari rumah sudah menjadi hal yang wajar.

Kalau ditanya lebih pilih WFH atau WFO, saya bisa dengan lantang pilih WFH. Sebenarnya, saya tipe orang yang mudah terdistraksi dengan manusia lain. Jadi ketika bekerja sendiri di dalam kamar tanpa ada manusia lain di sekitar saya, saya bisa lebih fokus dan produktif dalam bekerja. Walaupun saya lebih suka bekerja di rumah, ada suasana khas kantor yang saya kangenin seperti suasana saat menyeduh kopi di dapur kantor sambil berghibah dengan teman-teman kantor. Topik ghibah bisa bermacam-macam, mulai dari kasus perselingkuhan artis sampai kasus perselingkuhan teman sendiri #eh. Entah kenapa setelah berghibah, hati dan pikiran saya rasanya menjadi jauh lebih tenang, tenaga juga bertambah sehingga lebih bersemangat untuk lanjut bekerja. Saya yakin 1000% kalau kalian juga merasa begitu. Sudah, akui saja.

Ada satu hal yang lebih saya kangenin daripada suasana kantor, yaitu dinas ke luar kota. Sebelum pandemi, saya bisa mengunjungi berbagai daerah di Indonesia secara "gratis". Saya bekerja di PT. Solusi Kampus Indonesia (eCampuz), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Pekerjaan saya based on project dan kliennya berasal dari berbagai daerah sehingga ada kalanya saya bersama dengan rekan kerja saya harus ke daerah tersebut untuk mengerjakan proyek. Saya jadi bisa bekerja sekaligus jalan-jalan dan kulineran ke berbagai daerah di Indonesia deh. Enak kan? Ya, yang dipamerin yang enaena lah! Biar kalian iri dan dengki dengan kehidupan saya yang terlihat bahagia dan selalu bersenang-senang meskipun tidak kunjung kaya.

kejadian absurd-monica agustami


Saya ingin mengabadikan beberapa cerita menarik saat dinas ke luar kota ke dalam bentuk tulisan karena banyak cerita yang seru dan sayang banget kalau hanya saya simpan di dalam otak walaupun saya nggak punya otak juga sih.

1. Pertemuan Dengan Om Girang


Kejadian ini sudah terjadi luamaaaa.. sekali, bertahun-tahun yang lalu saat saya dinas ke Bandung bersama dengan tim yang terdiri dari sekitar 5 orang termasuk dengan saya. Tapi kejadian ini sangat membekas di ingatan saya karena kejadiannya terjadi dengan sangat cepat dan absurd banget, wkwkwk. Waktu itu, kami menginap di salah satu hotel yang cukup aestetik di Bandung, saya sudah lupa nama hotelnya. Selain terlihat aestetik, hotelnya juga bersih dan suasananya menyenangkan.

Sebelum berangkat ke tempat klien, seperti biasa kami sarapan bersama-sama. Karena saya bangunnya agak kesiangan, saya nunut dandan sambil sarapan di restoran hotel. Selesai sarapan, saya baru sadar kalau ada dokumen yang ketinggalan di kamar, jadi saya bilang ke teman-teman yang lain untuk ke mobil duluan. Setelah mengambil dokumen di kamar, saya turun ke lobi dan menuju ke parkiran mobil. Saat jalan di lobi, tiba-tiba saya dicegat oleh seorang bapak-bapak yang berumur sekitar 50 tahun, sebut saja namanya Pak Mukidi.

Pak Mukidi: Mbak, sebentar.
Dek Mon: Ya? Siapa ya?
Pak Mukidi: *nyodorin tissue yang terlipat*
Dek Mon: Apa ini, Pak?
Pak Mukidi: Buka aja, Mbak.
Dek Mon: *membuka lipatan tissue* Hah? Maksudnya apa ini, Pak?
Pak Mukidi: Nomor telepon bos saya, itu yang ada di mobil sana *menunjuk mobil warna hitam*

Saat saya lihat ke arah mobil yang ditunjuk Pak Mukidi, ada Om Girang senyum sambil melambaikan tangan dari balik jendela mobil. Saya kembalikan tissue-nya ke Pak Mukidi terus lari ngibrit ke arah parkiran. ABSURD BANGET SUMPAH NGGAK PAHAM LAGI. Kalian jangan salah paham ya, waktu itu saya memakai baju orang kantoran "normal". Saya pakai blouse, blazer, celana kain, dan high heels. Beneran nggak paham lagi kenapa bisa tiba-tiba dikasih nomor telepon Om Girang. ABSURD BANGET. Absurd dan seram, cuk. Sejak kejadian itu, saya nemplok teman saya ke mana-mana, wkwk.

2. Perjalanan Mencari Bakso Gaib


Kejadian ini nggak kalah absurd dari kejadian yang pertama. Waktu itu, saya dinas ke Padang berdua dengan teman saya yang bernama Ajeng. Nah, Ajeng ini sudah sempat beberapa kali ke Padang, sedangkan saya baru pertama kali. Jadi yang menyiapkan hotel dan akomodasi adalah Ajeng. Pokoknya saya pasrah saja lah. Akhirnya Ajeng memilihkan hotel di area yang dekat dengan pusat kulineran, jadi tinggal jalan aja gitu kalau mau cari makan.

Singkat cerita, pulang dari tempat klien kami tiba di percakapan, "Jeng, mau makan di mana?" Ajeng dengan lantang menjawab, "BAKSO!" Kalian kalau lihat ((bentukannya)) Ajeng, pasti first impresion-nya adalah cantik, anggun, bersahaja, dan suka menabung. Ya, pokoknya terlihat seperti "manusia normal" lah. Tapi, MANUSIA NORMAL MANA YANG KE PADANG MALAH CARI BAKSO?! Tapi Ajeng kekeuh pengen makan bakso yang pernah dia makan di Padang saat dinas sebelumnya. Katanya enak banget mo meninggal. Akhirnya saya mengalah.


Dek Mon: Ya, sudah. Baksonya di mana?
Ajeng: Nah, itu! LUPA.
Dek Mon: Nama baksonya?
Ajeng: LUPA JUGA.
Dek Mon: .....
Ajeng: ((Pokoknya)) deket hotel tempat kita nginep, terus dari warung baksonya kelihatan ada hotel tinggi tapi bukan hotel tempat kita nginep.
Dek Mon: Wow. Spesifik sekali.
Ajeng: Udah kita jalan ajaaa, sambil muter-muter daerah sini. Nanti pasti nemu kok.

Setelah Ajeng selesai sholat maghrib, akhirnya kami keluar hotel dan jalan kaki ke pusat kulineran untuk mencari bakso yang embuh sebenarnya ada atau tidak. Sepanjang perjalanan, Ajeng beberapa kali bilang, "Nah, nah, kayaknya daerah sini nih." Tapi.... tetap tidak ada bakul bakso. Saya mulai berpikir bahwa Ajeng hanya pura-pura mencari, sedangkan keinginan yang sebenarnya adalah olahraga.

Setelah 1 jam mencari, bakso gaib tetap belum ditemukan. Kami memutuskan untuk mencari masjid terdekat agar Ajeng bisa sholat isya. Karena saya tidak sholat, saya menunggu Ajeng selesai sholat sambil duduk di kursi depan pintu masjid dan menikmat angin malam. Lagi asyik mainan HP, tiba-tiba saya merasa ada geli-geli di kaki. Saya kibaskan kaki dan lanjut main HP. Beberapa saat kemudian, saya merasa ada geli-geli lagi di kaki. Saya mulai penasaran dong apa yang membuat kaki saya geli, lalu saya tengok kaki saya. Ternyata ada kecoak nempel di punggung kaki saya! Nggak cuma satu kecoak, TAPI ADA TIGA KECOAK! Saya hanya mematung karena SAYA TAKUT KECOAKNYA TERBANG NEMPLOK KE MUKA SAYA.

Saya berusaha tenang dan saya tarik nafas perlahan. Mau teriak, tapi kok malu ada banyak orang. Saya hanya berharap kecoaknya bakal pergi dengan sendirinya. Tapi ternyata saya salah, MALAH ADA KECOAK LAIN YANG DATANG. Jadi yang nemplok di kaki saya jadi ada EMPAT KECOAK. Saya nggak pikir panjang lagi, saya langsung lari menjauh sambil merem. Takut dikejar kecoak, awokwokwok. Baru kali ini saya mengalami kaki dirubung empat kecoak. Akan kutandai kisah ini seumur hidup saya.

Setelah sholat isya apakah Ajeng masih kekeuh mencari bakso gaib? Masih dong. Makanan khas Padang kan bakso, bukan nasi Padang. Setelah berjalan selama 1 jam (lagi), akhirnyaaaaaaa... baksonya tetap tidak ketemu. Kami memutuskan untuk makan apa yang ada di dekat kami saat itu, yaitu KFC. Sip.

3. Tragedi Keracunan


Cerita ini bermula ketika saya, Gisel (biasa saya panggil "Kak Icel"), dan Vierra berangkat dinas ke Manado. Sebelum penerbangan, Kak Icel dan Vierra membeli roti di bandara tempat kami transit (saya kok lupa bandara mana) untuk dimakan di pesawat. Saya nggak beli karena takut mual dan sudah berencana untuk tidur saja di pesawat. Setelah masuk pesawat dan pesawat lepas landas, ternyata saya belum terlalu mengantuk. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari cerita pengantar tidur dengan berghibah bersama Kak Icel dan Vierra yang sedang asyik makan roti.

Waktu saya sudah mulai mengantuk, tiba-tiba Kak Icel memanggil saya, "Mbro.." (panggilan Kak Icel ke saya). Pas saya nengok, Kak Icel kayak lagi sesak nafas gitu. Saya langsung, "Hah? Kak Icel kenapa?!" Kak Icel hanya menjawab, "Nggak tahu.." sambil terbata-bata dan badannya mengigil. Saya pegang dahinya, ternyata keringat dingin. Saya pegang tangannya, lah kok jari-jari dan tangannya kaku banget. Saya bilang ke Kak Icel, "Kak, tangannya lemesin, Kak." Kak Icel menjawab dengan terbata-bata dan masih menggigil, "Nggak bisa. Susah nafas, Mbro.." Langsung panik dong yaaaa.. Di dalam pesawat yang sedang terbang loh ini. Piyeeee.. Saya jadi ikutan berkeringat dingin.

kejadian absurd-monica agustami


Vierra yang juga melihat kondisi Kak Icel, langsung bilang, "Mbak Mon, tekan tombol panggilan bantuan, panggil pramugari!" Karena panik, yang saya tekan-tekan malah tombol lampu, jadi lampunya mati-hidup-mati-hidup, awokwokwokwok. Goblo. Tak lama setelah saya tekan tombol panggilan, salah satu pramugari datang. Setelah mendengarkan cerita saya dan melihat kondisi Kak Icel, saya dan Vierra diminta untuk pindah tempat duduk. Saya dan Vierra pun manut walaupun sangat khawatir. Tapi percaya saja lah dengan pramugari yang pastinya sudah terlatih.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba, pesawat akhirnya landing. Kami dibantu pramugari dan petugas bandara membawa Kak Icel menggunakan kursi roda. Tangannya sudah nggak kaku dan nggak sesak nafas juga, tapi tetap harus segera dibawa ke rumah sakit. Setelah selesai dengan urusan bagasi, kami langsung ke tempat pemesanan taksi. Saya langsung tanya ke salah satu sopir taksi, "Pak, rumah sakit terdekat di mana? Tolong anterin ke situ, teman saya sakit dan harus dibawa ke rumah sakit." Bapaknya melihat ke arah Kak Icel dan malah tanya ke sopir taksi lainnya, "Ada yang mau nganterin nggak nih?" Tidak ada yang menjawab. Saya bingung dong, memang pada nggak doyan duit atau bagaimana sih?

Pas lagi bingung-bingungnya harus gimana, ada satu bapak sopir taksi yang nyamperin kami, "Temannya mau dibawa ke rumah sakit? Sama saya aja nggak apa." Huaaah.. rasanya lega banget, rasanya seperti menemukan jodoh setelah bertahun-tahun jomblo. Di dalam taksi, bapak tersebut cerita, "Rumah sakitnya deket banget, cuma di depan bandara situ. Tadi pada nggak mau soalnya takut pada rugi dibayar dikit." Lalu saya jawab, "Kan ada minimal pembayaran, jadi harusnya nggak masalah dong." Bapaknya menjawab, "Ya, itulah. Kurang paham juga saya." Sesampainya di RS, bapaknya bahkan memberikan nomor HP-nya. Katanya siapa tahu nanti butuh taksi lagi buat pulang. Bapaknya baik bangeeeet.. T_T

Singkat cerita, akhirnya Kak Icel ditangani oleh dokter di rumah sakit tersebut. Kata dokternya, kemungkinan karena keracunan makanan. Kak Icel sih menduga kalau keracunan roti yang dimakan di pesawat. Mungkin Vierra nggak keracunan karena membeli roti dengan jenis yang berbeda. Apes bener, aelah. Tapi bener dah, ini dinas yang paling bikin deg-degan karena MENYANGKUT NYAWA MANUSIA. Yah, walaupun Kak Icel itu sebenarnya sejenis umbi-umbian sih.

Sebenarnya masih buanyak cerita-cerita absurd lainnya, tapi kalau saya tulis semua malah bisa jadi novel yang mengalahkan panjangnya novel The Lord of The Ring. Semoga pandemi bisa cepetan kelar ya. Biar saya bisa segera dinas ke luar kota lagi dan mengumpulkan banyak cerita absurd :))


Thank you for stopping by! :-*
Instagram: @monicaagustami | Email: monicaagustami@gmail.com

What's your opinion?