Ingin Menghilangkan Lemak? Kenali Dulu 2 Macam Lemak Dalam Tubuh

Mengenal 2 macam lemak dalam tubuh

"Gimana sih caranya ngilangin lemak?"

Artikel dengan topik "cara menghilangkan lemak" sepertinya selalu laris manis ya. Apalagi kalau judulnya sudah click bait: MENGHILANGKAN LEMAK DALAM WAKTU 10 HARI! DIJAMIN KURUS. Biar blog saya juga laris manis, saya juga mau melu-melu menulis topik "menghilangkan lemak" ah! Motivasi macam apa ini. Tapi saya nggak akan membahas soal cara cepat menghilangkan lemak karena menurut saya cara yang instan nggak akan pernah memberikan hasil yang baik, bahkan malah bisa bikin sengsara. I've been there.

Cara menghilangkan lemak, atau yang biasa disebut dengan fat loss, sebenarnya gampang kok. Asalkan defisit kalori, pasti lemak tubuh akan berkurang secara bertahap. Iya, (( GAMPANG )) secara teori, tapi realisasi dan hasil yang didapatkan bisa jadi nggak segampang teorinya, Maemunah. Saya nggak akan bahas soal defisit kalori ya, karena sudah saya tulis secara komplit. Kalian baca dulu tulisan saya soal defisit kalori ya, karena pengetahuan tentang kalori adalah pengetahuan dasar buat kalian yang memang pengen diet. Terserah mau diet untuk menurunkan atau menaikkan BB, tetap wajib paham soal kalori.

"Makanan berlemak bikin gendut."

Pernyataan "makanan berlemak bikin gendut" nggak sepenuhnya benar tapi juga nggak sepenuhnya salah. Mungkin masih banyak yang salah kaprah: jika kita konsumsi lemak maka otomatis akan menjadi lemak juga di tubuh. NO! Cara kerja tubuh tidak seperti itu, Bambang.

Makanan berlemak JIKA DIKONSUMSI SECARA BERLEBIHAN bisa bikin gemuk karena BIASANYA makanan berlemak JUGA mengandung kalori yang tinggi. Bukan lemaknya yang bikin gendut, tapi kelebihan kalori itulah yang bikin jadi gemuk. Baik itu lemak, karbohidrat, maupun protein ketika masuk ke dalam tubuh, jika jumlah kalorinya melebihi jumlah kebutuhan kalori harian, semuanya bisa saja diubah menjadi lemak. Jadi jangan asal bilang kalau makanan berlemak itu nggak baik untuk kesehatan dan cuma bisa bikin gendut. Faktanya, tubuh kita masih membutuhkan lemak dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi, membantu penyerapan vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, dan masih banyak lagi.

Untuk kepentingan kesehatan, perlu diperhatikan juga jenis lemak yang terkandung dalam makanan. Apakah lemak "jahat" (lemak jenuh) atau lemak "baik" (lemak tak jenuh). Ayam goreng tepung yang diolah dengan cara "deep fried" menggunakan minyak jelantah (tambah kobis goreng :D) dan ayam panggang yang dioles olive oil tentu saja akan memberikan efek yang berbeda kepada tubuh meskipun sama-sama diproses menggunakan minyak. Ayam panggang yang dioles olive oil tentu saja dapat diproses oleh tubuh dengan lebih baik karena nutrisinya lebih berkualitas.

Tubuh membutuhkan macro nutrisi lemak

"Kenapa jumlah lemak dalam tubuh bisa berlebih?"

Ketika kita mengkonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan kalori harian tubuh kita, tubuh akan "menyimpan" kelebihan kalori tersebut dan diubah menjadi lemak sebagai cadangan energi. Konsumsi jumlah kalori yang berlebihan secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan meningkatnya jumlah lemak dalam tubuh. Lemak tersebut disimpan dalam tubuh dalam bentuk yang bermacam-macam. Tapi kita ngobrol soal 2 macam lemak dalam tubuh saja ya. Soalnya saya memang mudengnya 2 macam lemak saja, sisanya belum mudheng, awokwowok.


Visceral Fat


Pengen punya perut rata? Jangan dulu membabi-buta setiap hari melakukan sit-up dan plank. Kalian wajib tahu dulu soal visceral fat. Ada yang merasa badan sudah kurus tapi perut masih buncit dan terasa keras ketika ditekan? Bisa jadi visceral fat kalian masih tinggi. Untuk bisa mendapatkan hasil yang akurat seberapa banyak visceral fat, caranya adalah dengan melakukan CT atau MRI scan. Gampangannya sih: kalau perut masih buncit banget dan terasa keras ketika ditekan, berarti visceral fat masih tinggi. Sit-up dan plank saja nggak akan bisa mengurangi visceral fat.

Singkatnya, visceral fat adalah lemak yang ada di rongga perut dan berada di sekitar organ dalam seperti hati, pankreas, dan usus. Sebenarnya, tubuh membutuhkan visceral fat untuk melindungi organ dalam tersebut, tapiiiii.. kalau kadarnya sudah berlebihan dan bahkan sampai membuat perut menjadi buncit dan keras, bisa menjadi berbahaya. Visceral fat dalam jumlah yang berlebihan dapat menghimpit organ-organ dalam tersebut yang tentu saja membuat organ dalam tersebut tidak dapat bekerja sebagai mana mestinya.

Penyebab menumpuknya visceral fat apa? Penyebabnya adalah pola makan yang tidak sehat dalam jangga waktu yang lama, konsumsi alkohol, kurang olahraga, kurang istirahat, kalori yang berlebihan, dan lain sebagainya.

Ilustrasi lemak dalam tubuh (Sumber)

"Gimana caranya mengurangi visceral fat?"

Kalau ada produk diet dengan embel-embel "detox" atau "dapat mengurangi lemak perut", jangan pernah tergoda untuk membelinya. Karena selain harganya mahal, juga nggak guna! Harganya bisa sampai Rp500.000,00 loh! Haiya, mending saya beli skincare saja biar kulit glowy.

Subcutaneous Fat

Berbeda dengan visceral fat yang susah dideteksi, subcutaneous fat lebih mudah dideteksi karena merupakan lemak yang ada di bawah permukaan kulit. Subcutaneous fat nggak hanya ada di area perut, tapi bisa juga di paha, lengan, punggung, dll. Misal pengen ngecek banyaknya subcutaneous fat di area perut, gampangannya sih cubit saja perut kalian. Makin gampang dicubit, makin banyak subcutaneous fat-nya. Saya punya banyak subcutaneous fat di area perut. Sepertinya sih karena secara genetik, saya banyak menyimpan lemak di area perut. Jadi ya lemak perut yang paling lama hilangnya. Tapi saya berani bilang begini karena memang pola makan saya teratur ya, sering olahraga juga. Jadi bukan yang setiap hari makan gorengan, kemudian pas perutnya buncit bilang: INI GENETIK!

Duengkulmu.

Subcutaneous fat di area perut

Sama seperti visceral fat, subcutaneous fat juga ada fungsinya, antara lain: melindungi otot dan tulang dari benturan misal kita terjatuh, menjaga suhu tubuh agar tetap ada di temperatur normal, dll. Tapi lagi-lagi jika jumlah subcutaneous fat berlebihan, dapat memberikan efek negatif ke kesehatan.

Cara untuk mengurangi visceral fat dan subcutaneous fat tidak lain dan tidak bukan adalah PERBAIKI POLA HIDUP: rajin olah raga, perbaiki pola makan menjadi lebih sehat, istirahat yang cukup, dan KONSISTEN. Tetap harus defisit kalori juga ya! Karena prinsip utama fat loss dan weight loss tetaplah defisit kalori. Sungguh solusi yang terdengar klasik ya. Tapi begitu lah faktanya. Nggak ada produk buatan manusia yang bisa menjadi mukjizat dapat mengurangi lemak perut dalam waktu singkat. Dan perlu diingat, kita nggak bisa milih lemak mana dulu yang bakal hilang. Jadi kuncinya benar-benar ada di konsistensi.


Poin yang ingin saya sampaikan sebenarnya adalah jangan dulu membenci lemak yang ada dalam tubuh kita karena memang lemak juga masih dibutuhkan oleh tubuh kita. Nggak perlu lah sampai menyiksa diri sendiri dengan olah raga setiap hari sampai kelelahan dan juga makan makanan hambar demi fat loss hingga badan menjadi kurus kering dan kekurangan energi. Yang lebih penting lagi, nggak ada produk yang dapat mengurangi lemak dalam tubuh secara instan.

Dari pengalaman saya, mereduksi subcutaneous fat lebih susah, terutama di area perut dan paha dalam. Ditambah lagi bentuk badan saya sudah sangat ideal saat ini. Jadi memang untuk mereduksi lemak yang tersisa jauuuh lebih susah. Proses fat loss memang misterius kok. Nggak masalah, saya nikmati prosesnya.

Stay healthy, sobat menthel!

Thank you for stopping by! :-*
Instagram: @monicaagustami | Email: monicaagustami@gmail.com

What's your opinion?

  1. Aku merasa pinter sekian gram dari lemak di perut hehehe. Aku iki gagal bolak-balik mau nurunin berat badan, gak konsisten aja sih. Pernah sampai 65 dan balik lagi 75 saking makannya nggak karu-karuan. Kabeh tak santap bhuahahaha.

    Sekarang aku mulai lagi hidup sehat, udah turun 3kg sejak aku memulai. Daripada oprasi sedot lemak, mending tak gawe plesiran wkwkw.

    BalasHapus
  2. Mba, ku request kapan-kapan bahas diet bukan untuk fat loss, tapi untuk mengurangi kolesterol boleh???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau soal kolesterol, baiknya langsung konsultasi ke dokter. Penanganannya kan juga tergantung berapa kadar kolesterolnya :)

      Hapus