![]() |
Kalori surplus untuk menyehatkan mental |
Menerapkan pola diet seperti apapun, jika ingin menaikkan berat badan harus kalori surplus. Sedangkan jika ingin menurunkan berat badan, aturannya hanya satu yaitu kalori defisit. Kayaknya gampang banget gitu ya, asalkan kalori defisit, berat badan pasti turun. Tapi kok nggak semua orang bisa mendapatkan bentuk badan impian?
Masalahnya adalah ada fase di mana tubuh tidak merespon kalori defisit, istilah kerennya adalah masa plateu. Masa di mana walaupun sudah kalori defisit, berat badan akan berhenti di tempat dan tidak kunjung turun. Biasanya sih terjadi ketika kalori defisit dalam jangka waktu yang lama yang disebabkan oleh metabolisme tubuh yang menurun karena menyesuaikan jumlah kalori masuk ke tubuh.
Analoginya seperti ini:
Anggaplah gaji bulanan itu sebagai jumlah kalori atau energi yang masuk ke tubuh dan performa bekerja kita adalah metabolisme tubuh. Performa bekerja ketika gaji Rp10.000.000,00 per bulan tentu akan berbeda dengan ketika gaji turun menjadi Rp6.000.000,00 per bulan kan? Awal-awal gaji turun mungkin masih memiliki performa yang sama, tapi dalam jangka waktu lama pasti mulai ogah-ogahan karena jumlah kerjaan nggak berkurang. Hingga akhirnya kita akan menyesuaikan performa bekerja dengan gaji yang diberikan.
Sama dengan tubuh kita. Apabila kelamaan kalori defisit, metabolisme tubuh juga akan menyesuaikan dengan jumlah kalori yang masuk ke tubuh. Ujung-ujungnya mengalami masa plateu. Yang jadi masalah bukan masa plateu tersebut, melainkan efek dari plateu.
1. Kehilangan motivasi
Kebayang nggak sih sudah konsisten menjaga pola makan yang on point tanpa cheat meal dalam jangka waktu yang lama, olahraga juga sudah konsisten bukan main, eh berat badan stuck. Kesal tidak?
Masa plateu bisa terjadi dalam jangka waktu yang panjang, semua tergantung pola diet yang pernah dijalani dan kondisi tubuh masing-masing. Jika plateu terjadi dalam jangka waktu yang lama, bisa jadi kita akan kehilangan motivasi untuk makan makanan sehat dan juga olahraga.
"Ya, udah lah. Udah usaha, tetep gini-gini aja. Capek."
2. Kalori defisit yang semakin defisit
Bisa jadi motivasi tidak hilang, melainkan menjadi semakin semangat untuk kalori defisit. Yang awalnya kalori defisit 100 kalori per hari meningkat jadi kalori defisit 200 kalori per hari. Nggak mempan? Jadikan kalori defisit 300 kalori per hari! Biasanya kalau sudah mengalami mental yang seperti ini, bakal bodo amat walaupun terasa kelaparan setiap hari. Saya sempat begini, tapi ya nggak bisa bertahan lama karena badan terasa sangat lemas.
3. Capek
Kalori defisit semakin banyak, tapi aktifitas fisik nggak berkurang. Lama kelamaan pasti capek karena jumlah energi yang masuk tidak sebanding dengan jumlah energi yang keluar, bahkan bisa jadi overtraining. Kondisi di mana tubuh nggak bisa bekerja maksimal dengan beban aktifitas fisik yang dijalani. Saya pernah dalam kondisi overtraining, berujung bed rest dan nggak bisa olahraga selama 2 minggu, wokwokwokwok. Nggak hanya badan yang capek, tapi secara mental juga capek. Percaya deh, saya pernah ada di titik tersebut.
Kalori defisit dalam jangka waktu yang lama memang akan membuat tubuh mencapai titik jenuh. Lalu solusinya bagaimana?
Naikkan kalori yang masuk ke dalam tubuh secara bertahap hingga menjadi sedikiiiiit kalori surplus, mungkin sekitar 50-100 kalori per minggu dan naik di minggu berikutnya. Metode ini biasa disebut dengan reverse diet.
WAH, JADI GENDUT LAGI DONG!
Ya, nggak jadi gendut juga aelah. Selama aktifitas fisik atau olahraga tidak berkurang, nggak masalah. Yang penting porsi makan tetap terkontrol.
Justru ketika kalori surplus, saya merasa menjadi lebih kuat angkat beban dan nggak mudah capek juga. Secara mental pun saya juga jadi lebih sehat karena saya bisa makan es krim dan roti cokelat kesayangan dengan lebih sering. Kalau ditawarin makanan oleh teman, saya juga bisa langsung ngemplok tanpa takut kebanyakan kalori karena memang pengennya kalori surplus, wokwokwok.
Tujuan dari menaikkan kalori secara bertahap adalah agar tubuh nggak kaget dan bisa beradaptasi dengan jumlah kalori yang lebih banyak masuk ke dalam tubuh sehingga penambahan lemaknya nggak banyak-banyak amat. Tapi memang tidak dilakukan dalam jangka waktu yang lama, mungkin sekitar 1 bulan saja. Tergantung kebutuhan. Kalau saya, karena goal-nya adalah menyehatkan mental dan building muscle jadi butuh waktu sedikit lebih lama yaitu 3 bulan.
![]() |
Add caption |
Saya melakukan kalori surplus selama 3 bulan, dan memang berat badan saya bertambah. Saya merasa otot saya semakin tebal. Memang ada tambahan lemak-lemak cantik di perut, tapi nggak terlalu berarti. Masih bisa dikurangi lagi nanti. Toh nggak setiap saat saya bisa pakai baju yang mengumbar perut :D
Well, kita memang nggak bisa kemaruk. Ketika kalori surplus, fokusnya memang bukan fat loss, fokusnya lebih ke building muscle dan menyehatkan mental. Yang perlu diperhatikan saat kalori surplus adalah tetap harus makan makanan yang sehat, bukan yang junk food. Boleh lah 75% makan "sehat" dan 25% makan "nggak sehat".
Kalau kalian merasa lelah kalori defisit dan mengalami masa plateu, cobalah kalori surplus secara perlahan. Semangat!
Thank you for stopping by! :-*
Instagram: @monicaagustami | Email: monicaagustami@gmail.com
What's your opinion?