"Diet berbulan-bulan kok badan masih nggak ada perubahan."
Banyak orang nggak sadar bahwa healthy diet journey nggak melulu soal body transformation, tapi juga soal mental transformation. Dan menurut saya, mental transformation justru jauh lebih penting dibandingkan dengan body transformation. Mental tranformation yang saya maksud di sini adalah how do we feel about our self or our body while diet?
Self love.
Setiap orang pasti punya body goal. Tubuh kita sudah didesain sedemikian rupa sehingga jika kita mau, kita bisa mengubah bentuk tubuh kita seperti yang kita inginkan. Saya tekankan lagi ya, "jika kita mau". Kalau kalian merasa sehat, nyaman, bahagia, dan percaya diri dengan bentuk tubuh yang sekarang, congratulation! I'm very happy for you.
Setiap orang punya latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda. Jika ada yang merasa nggak nyaman dengan bentuk tubuh yang dimiliki, kita nggak berhak menuduh bahwa orang tersebut nggak bersyukur. Bisa jadi memang orang tersebut pernah mengalami bullying kan? Jadi ketika ada teman yang mencari kenyamanan dengan jalan diet, ya mbok didukung dan disemangati biar dietnya itu bener dan nggak malah menyiksa diri sendiri. Jangan malah dicangkemi, jadi tolong cangkemnya dijaga. Jangan cuma jagain jodoh orang terus.
By the way, diet bisa menjadi salah satu cara untuk bersyukur loh. Dengan catatan pola dietnya bener ya. Olahraga dan mengubah pola makan menjadi lebih sehat adalah salah satu cara kita menghargai tubuh yang telah diberikan oleh Tuhan.
Walaupun kita bisa membentuk tubuh seperti yang kita mau, kita harus sadar bahwa tubuh kita tetap punya batasan. Selain dipengaruhi oleh usaha dan konsistensi, bentuk tubuh juga dipengaruhi oleh genetik, misalnya saja bentuk payudara. Pernah lihat perempuan yang kurus tapi payudara besar? Jangan dulu berpikiran tete' palsu karena bisa jadi memang faktor genetik. Tapi kalau over atau under weight itu bukan genetik ya. Masih bisa diubah menggunakan usaha dan konsistensi.
Selama menjalani healthy diet journey, saya baru sadar kalau ternyata tubuh saya banyak menyimpan lemak di tubuh bagian tengah, yaitu perut. Ada satu waktu di mana saya mencoba latihan perut setiap hari dengan harapan perut bisa lebih cepat mengecil, PADAHAL SAYA TAHU KALAU SPOT REDUCTION ITU MUSTAHIL. Waktu itu saya juga menaikkan intensitas olahraga saya dengan harapan semakin banyak lemak yang terbakar sehingga body fat saya turun dan lemak di perut juga otomatis berkurang. Eh lah kok malah jadi nggak mens 4 bulan. Koplo sekali.
Kapan-kapan saya bakal buat tulisan tentang kekoploan yang saya lakukan saat diet deh :))
Saya belum mau terima kalau tubuh saya secara genetik menyimpan lemak di tubuh bagian tengah, sedangkan saya pengen banget punya perut rata #dekmondenial. Kalau lihat kaca sering malas lihat perut, masih tebel aja lemaknya. Kalau lihat Instagram kadang iri begitu ada yang secara genetik lemak perutnya sedikit. Padahal ya memang tipe tubuh orang itu berbeda-beda. Tapi tetep sebal loh, hahaha.
Diet itu nggak hanya soal mengurangi lemak, menambah otot, maupun makan makanan seimbang. Tapi juga soal belajar buat nggak egois dengan diri sendiri. Menaikkan intensitas olahraga dan calorie deficit mungkin memang akan menurunkan body fat, tapi apakah hormon juga tetap akan seimbang? Dan juga apakah bahagia? #ngomongsamadirisendiri
Buat yang belum mudeng masalah calorie deficit, baca dulu tulisan saya tentang TDEE ya. Biar ((gathuk) pas baca tulisan ini.
Kapan-kapan saya bakal buat tulisan tentang kekoploan yang saya lakukan saat diet deh :))
Saya belum mau terima kalau tubuh saya secara genetik menyimpan lemak di tubuh bagian tengah, sedangkan saya pengen banget punya perut rata #dekmondenial. Kalau lihat kaca sering malas lihat perut, masih tebel aja lemaknya. Kalau lihat Instagram kadang iri begitu ada yang secara genetik lemak perutnya sedikit. Padahal ya memang tipe tubuh orang itu berbeda-beda. Tapi tetep sebal loh, hahaha.
Diet itu nggak hanya soal mengurangi lemak, menambah otot, maupun makan makanan seimbang. Tapi juga soal belajar buat nggak egois dengan diri sendiri. Menaikkan intensitas olahraga dan calorie deficit mungkin memang akan menurunkan body fat, tapi apakah hormon juga tetap akan seimbang? Dan juga apakah bahagia? #ngomongsamadirisendiri
Buat yang belum mudeng masalah calorie deficit, baca dulu tulisan saya tentang TDEE ya. Biar ((gathuk) pas baca tulisan ini.
Self love.
Terdengar gampang tapi ternyata susah untuk diterapkan. Apalagi sekarang era social media yang dipenuhi dengan foto mbak-mbak yang canty dan badannya bagus. Foto "before-after diet" dari orang lain bisa jadi mengintimidasi kita. Kita jadi cenderung membandingkan diri sendiri dengan mbak-mbak tersebut, lalu ((nggregeli)) mengurangi makan biar bisa langsing yang ujung-ujungnya malah merasa tersiksa. Padahal diet journey setiap orang akan selalu berbeda satu sama lain. Lagi-lagi saya ngomong dengan diri sendiri, hahahaha.
Sampai detik ini pun saya masih belajar untuk mencintai dan nyaman dengan tubuh saya bagaimana pun bentuknya. Saya berusaha menerima kalau lemak perut saya bakal hilang paling terakhir. Saya berusaha nggak egois dengan tubuh sendiri, yang terpenting adalah sehat dan bahagia. Saya ingin mencapai body goal saya dengan level kesehatan dan kebahagiaan yang juga juga lebih baik dari sekarang.
Btw, cara setiap orang untuk bisa mencintai tubuh sendiri dan bahagia itu berbeda-beda, kalau saya sih melalui jalan diet. Jika memang ada yang dengan jalan operasi plastik, itu terserah yang punya badan. Selama nggak ada yang dirugikan ya kenapa tidak? Ya, kalau memang nggak nyaman dengan hidung pesek bagaimana? Kalau nggak nyaman dengan dagu yang nggak lancip? Kita hanya punya hak atas tubuh kita masing-masing.
Thank you for stopping by! :-*
Instagram: @monicaagustami | Email: monicaagustami@gmail.com
So in love with this blog!!! Ga berasa sejaman bacain bbrp chapter... Panjangnya pas, jd ga bosen bacanya. Terus di setiap chapternya ada pembahasan terkait lainnya, bikin nagih bikin kepo terus hahahaha! Keep it up mbak! ❤❤❤
BalasHapusAaaaakkkk.. thank you so much buat supportnya! :-*
Hapus